Orang miskin adalah yang paling terpengaruh oleh kenaikan inflasi dan harga bahan bakar. Bank Dunia mengatakan pemerintah dapat mengekang dampak inflasi sehingga tidak terlalu membebani orang miskin. Sayangnya, inflasi datang pada saat yang paling buruk.
“Berbeda dengan kenaikan harga sebelumnya, keuangan pemerintah banyak negara terkuras akibat berbagai kebijakan moneter yang diterapkan selama krisis Covid-19,” tulis ekonom Bank Dunia Daniel Gerszon Mahler dan rekannya dalam artikel berjudul “Pandemics, prices, and poor . ” dikutip Selasa, 30 Agustus 2022.
Menurut kalkulasi Bank Dunia, jumlah orang yang berada dalam kemiskinan ekstrem bisa bertambah 75 juta hingga 95 juta akibat pandemi Covid-19, tekanan inflasi yang terus berlanjut, dan pecahnya konflik Ukraina-Rusia. (Baca: Peluang Indonesia Bebas dari Kemiskinan Ekstrim 2024)
Jumlah orang yang berada dalam kemiskinan ekstrim dapat meningkat lebih banyak lagi ketika kenaikan harga pangan diperhitungkan. Bank Dunia menghitung bahwa setiap 1% kenaikan harga pangan yang tidak terduga dapat menambah hampir 10 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem.
Di Indonesia, tingkat inflasi telah mencapai 4,94% pada Juli 2022. Tingkat indeks harga konsumen diperkirakan akan meningkat sejalan dengan kenaikan harga beberapa bahan pangan dan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.
Riset yang dilakukan Institut Mandiri yang dirilis pada April 2022 menemukan bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi paling banyak dirasakan oleh kelompok pengeluaran terendah. Bahkan jika dilihat dari tingkat konsumsinya, kelompok persentil teratas adalah yang terbesar.
Kenaikan harga BBM seperti Pertamax dan Pertalite meningkatkan persentase pengeluaran BBM 10% penduduk termiskin dari 4% menjadi 6,8%. Sementara itu, porsi belanja minyak kelompok terkaya diperkirakan hanya meningkat 5,2%.
Kenaikan harga BBM juga dapat meningkatkan laju inflasi Indonesia yang telah mencapai 4,94% pada Juli 2022. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi dapat meningkat menjadi 6%-7% secara tahunan jika Pertalite ditingkatkan ke Rp. 10.000 per liter.
“Setiap kenaikan Rp 1.000 per liter, pengaruhnya terhadap inflasi sekitar 0,4 persen,” kata Josua kepada Katadata.co.id. (Baca: Ketimpangan Regional Dibalik Naiknya Harga Telur)
Sebagai penyangga dampak kenaikan harga BBM dan inflasi, pemerintah menyalurkan bansos sebesar Rp24,17 triliun. Bantuan ini disalurkan dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT), subsidi bantuan upah, dan subsidi belanja untuk masyarakat.
Kenaikan harga BBM ini merupakan langkah terbaru pemerintah menyusul kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang terus berlanjut, yang saat ini diperkirakan mencapai US$105 per liter sepanjang 2022.
Sebelumnya, pemerintah juga telah meningkatkan anggaran subsidi dan kompensasi energi menjadi total Rp 502 triliun. Ini terdiri dari subsidi energi Rp 208,1 triliun dan kompensasi energi Rp 293,5 triliun.