Kelangkaan minyak goreng ini ironis karena Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar dunia. Harga minyak goreng curah, kemasan sederhana, hingga kemasan premium meroket. Kenaikan harga terjadi di semua daerah, lebih memukul konsumen di Papua dibandingkan daerah lain.
Ketika Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi membatalkan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan pada 16 Maret 2022, harga langsung melonjak. Per 12 April rata-rata naik 43,79% menjadi Rp 23.756,67 per liter.
Sedangkan untuk minyak goreng kemasan premium, rata-rata harga juga mencatat tren yang sama. Harga tersebut naik 41,5% menjadi Rp 26.264,71 per liter pada periode yang sama.
Sementara itu, rata-rata harga minyak goreng curah menunjukkan tren kenaikan yang lebih lambat dibandingkan dengan minyak goreng kemasan. Antara lain karena pemerintah mempertahankan HET untuk produk ini yaitu Rp 14.000 per liter.
Hingga 12 April 2022, harga rata-rata minyak goreng curah tercatat Rp 18.287,5 per liter. Angka ini lebih tinggi 30,62% dari HET.
Meski masih terjadi kenaikan harga di awal April, ketiga jenis minyak goreng tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda kenaikan harga yang melambat. Ini setidaknya beberapa hari memasuki bulan Ramadhan.
Rata-rata indeks harga minyak goreng kemasan premium yang mengacu pada harga per 16 Maret 2022 sudah mulai menurun. Pada 12 April, indeks tercatat sebesar 141,5, sedikit lebih rendah dari 142,23 pada 5 April 2022.
Meski demikian, inflasi April diperkirakan masih akan meningkat. Pasalnya, harga di bulan Ramadan cenderung lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya. Pada bulan Maret, inflasi tahunan harga konsumen mulai meningkat menjadi 2,64% dari 2,06% bulan sebelumnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
(Baca: Survei BI: Harga Eceran Diperkirakan Naik di Mei 2022)
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, Kamis 14 April, stok minyak goreng dipastikan tersedia. Meski diperkirakan harga akan bergerak stabil di atas HET.
Namun, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) berpendapat lain. Masih ada kelangkaan minyak goreng dan pemerintah tidak menerapkan HET minyak goreng curah dengan baik.
“Kami melihat fakta bahwa (harga) minyak goreng curah masih transparan (HET). Lebih dari Rp 18.000 hingga Rp 20.000 per liter di berbagai daerah masih terjadi kelangkaan di mana-mana. Artinya pemerintah tidak konsisten dalam mendistribusikan kebijakan dan tidak fokus pada penyelesaian masalah dalam negeri,” kata Miftahudin, Ketua Ikappi DKI Jakarta, dalam keterangan tertulis yang dikeluarkan pada 12 April 2022.
Sebelum 21 April 2022, pemerintah berencana memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp300.000 kepada 20,65 juta keluarga penerima program Kartu Sembako dan Program Keluarga Harapan (PKH), serta 2,5 juta pedagang kaki lima.
(Baca: Anggaran BLT Minyak Goreng Capai Rp 6,4 Triliun, Ini Detailnya)
Meski dibayarkan sekaligus pada April, BLT menargetkan untuk menghidupi keluarga penerima selama tiga bulan hingga Juni. Namun perbedaan harga membuat daya beli dana BLT tidak sama di setiap daerah.
Minyak goreng curah misalnya, bantuan ini diperkirakan mampu membeli 21 liter di Aceh. Tapi di Papua Barat, hanya setengahnya yang cukup.
Begitu juga dengan minyak goreng kemasan. BLT bisa membeli sekitar 13 liter minyak goreng kemasan premium di Jambi atau DKI Jakarta, namun hanya 8 liter di Sulawesi Tenggara.
Untuk minyak goreng kemasan sederhana, penerima dapat menggunakan BLT untuk membeli 16 liter di DKI Jakarta dan 11 liter di Kalimantan Barat.
Penggunaan minyak goreng oleh masyarakat Indonesia juga berbeda di setiap daerah. Di Cirebon, Jawa Barat, misalnya, konsumsi minyak goreng tercatat 0,72 liter per rumah tangga per minggu pada 2021, menurut data BPS. Di Sorong, Papua Barat, konsumsi mencapai 1,31 liter per keluarga per minggu.
Pengeluaran minyak goreng berbanding lurus dengan konsumsi umum. Pengeluaran minyak goreng tercatat sebesar Rp8.982,48 per rumah tangga per minggu di Cirebon dan Rp18.959,45 per rumah tangga per minggu di Sorong.
Namun, pengeluaran di beberapa kota dan kabupaten di Papua dan Papua Barat tercatat lebih tinggi dari yang diharapkan mengingat tingkat konsumsinya.
Di Jayawijaya, Papua, misalnya, pengeluaran minyak goreng tercatat Rp 26.067,07 per rumah tangga per minggu. Dengan konsumsi 0,74 liter per keluarga per minggu, pengeluarannya kira-kira 2,5 kali lebih tinggi dari perkiraan.
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, mengatakan harga minyak goreng di Jawa dan Sumatera lebih rendah karena banyak pabrik yang berlokasi di dua pulau tersebut. Semakin jauhnya jarak antara lokasi produksi dan tujuan pasar di Indonesia timur meningkatkan biaya logistik.
“Untuk (meminimalkan) selisih harga akibat biaya logistik, pemerintah perlu memaksimalkan program yang (meminimalkan) biaya transportasi. Misalnya, program tol laut bisa membantu menekan biaya logistik,” kata Josua katadata.co.id melalui pesan singkat pada Kamis 12 April 2022.