Penguatan komitmen iklim menjadi salah satu tren utama untuk tahun 2022. Termasuk di Indonesia, pemerintah memperkuat ambisinya di berbagai bidang. Keseriusan tersebut terlihat pada Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim atau COP27 yang diselenggarakan pada 6-18 November 2022 di Mesir dan konferensi G20 yang berakhir pada 15-16 November 2022 di Nusa Dua Bali.
Sebelum COP27 berlangsung, Pemerintah Indonesia mengumumkan target pengurangan Gas Rumah Kaca (GRK) yang tercantum dalam dokumen tersebut. Peningkatan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (AKHIR).
Dalam dokumen tersebut, target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia meningkat dari 29 menjadi 31,9 persen dengan upaya sendiri dan 41 menjadi 43,2 persen dengan dukungan internasional. Penguatan komitmen—khususnya oleh pelaku usaha sendiri—di semua sektor semakin meningkat, termasuk di sektor industri dan energi, termasuk ketenagalistrikan.
Berdasarkan Laporan Inventarisasi dan Pemantauan, Pelaporan, Verifikasi (MPV) GRK yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021, Indonesia menghasilkan emisi GRK sekitar 1,86 miliar ton setara karbon dioksida (CO2e) pada tahun 2019. Energi penyumbang emisi terbesar, yaitu 638,8 juta ton CO2e. Sektor industri menyumbang 60,2 juta ton CO2e.
Dari sektor energi, khususnya ketenagalistrikan, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN memiliki beberapa target. Tidak hanya mengurangi emisi, sektor ketenagalistrikan bahkan dapat berkontribusi dalam penyerapan emisi hingga 920 juta CO2e pada tahun 2060 mendatang.
“Itu yang kami bangun peta jalan pergi ke karbon netral tahun 2060,” kata Darmawan KatadataJumat (28/10/22).
Upaya transisi di sektor energi dan dekarbonisasi sektor industri bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga isu ekonomi. Darmawan mencontohkan, China sebagai negara yang awalnya tidak fokus mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) kini mengembangkan energi rendah emisi dengan harga kompetitif karena melihat peluang ekonomi.
“Mereka melihat ini sebagai peluang ekonomi, kemudian mereka membangun kapasitas nasional dan menciptakan lapangan kerja. Untuk memperkuat posisi mereka di tingkat global. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?” kata Darman.
Dari sektor industri, Ketua Komite Tetap Energi Baru Terbarukan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Muhammad Yusrizki mengatakan, saat ini perusahaan besar dalam rantai pasok global berkomitmen untuk mengurangi emisi dan bergerak menuju bisnis hijau.
Sebanyak 376 perusahaan dunia dari 34 negara telah menandatangani Ikrar Iklim dengan berkomitmen untuk secara teratur melaporkan komitmen keberlanjutannya, mendekarbonisasi, dan mencapai emisi karbon net-zero tahunan pada tahun 2040.