Tak hanya gudeg, Yogyakarta juga terkenal sebagai pusat kuliner berbahan dasar olahan daging kambing. Salah satunya adalah sate klathak (klatak). Berbeda dengan sate biasa yang ditusuk menggunakan bilah bambu, sate klathak ditusuk menggunakan jeruji besi.
Menggunakan jeruji besi membuat sate klathak matang dengan sempurna karena panas dari api dapat menyebar melalui efek hantaran. Kuliner sate Klathak pertama kali muncul di daerah Jejeran, Pleret, Bantul. Dengan perpaduan bumbu yang sederhana, makanan ini cukup digemari.
Seiring dengan geliat pariwisata dan promosi yang tiada henti di media sosial, sate klathak menjadi salah satu tujuan wisata kuliner di Yogyakarta. Hal ini berkontribusi pada peningkatan konsumsi daging kambing di wilayah tersebut.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata konsumsi daging kambing di Yogyakarta sebesar 0,004 kg per kapita dalam seminggu atau 0,192 kg per tahun. Pada tahun 2022, jumlah penduduk Yogyakarta akan mencapai 3,7 juta jiwa. Hasilnya, total konsumsi daging kambing di provinsi ini mencapai 727,28 ton, meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun peningkatan konsumsi daging kambing tidak hanya oleh penduduk setempat. Konsumsi juga dirangsang oleh kegiatan pariwisata.
Dinas Pariwisata DIY mencatat 6,47 juta wisatawan datang ke Jogja pada 2022. Angka tersebut mendekati keadaan sebelum pandemi Covid-19 yang berjumlah 6,55 juta wisatawan pada 2019. Mayoritas wisatawan domestik mencapai 6,43 juta orang atau 99 orang. % wisatawan yang berkunjung ke Jogja. Sisanya adalah turis asing.
Uniknya, mayoritas wisatawan bertujuan untuk mencicipi berbagai jenis makanan. Dari survei BPS, sebanyak 29% wisatawan domestik memilih wisata kuliner. Sementara sebagian lainnya memilih menggelar pesta pernikahan di perkotaan atau pedesaan untuk melihat budaya dan alam Yogyakarta.
Beberapa destinasi kuliner Yogyakarta antara lain Gudeg Yu Djum, Sate Klathak Pak Pong, Mangut Lele Mbah Marto, Tengkleng Gajah, Kopi Klothok, dan lainnya.
Penelitian Wardiyanta, Fitroh Adilla, dan Syamsu Hidayat dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun 2019, sate kambing merupakan salah satu makanan favorit selain mie dan gudeg yang dicari wisatawan di Yogyakarta. Hal ini juga menunjukkan bahwa pariwisata juga meningkatkan permintaan olahan daging kambing.
Kambing merupakan hewan ternak terbesar di DI Yogyakarta. Dari total populasi ternak 898.238 pada tahun 2022, 46,6% adalah kambing. Kemudian disusul sapi potong 35,5% dan domba 16,2%. Daerah produksi ternak berada di Kabupaten Gunung Kidul diikuti Kabupaten Bantul.
Dibandingkan provinsi lain, produksi daging kambing Yogyakarta menempati urutan ke-10 secara nasional sebesar 1.412 ton pada tahun 2022.
Meski demikian, permintaan daging kambing di Yogyakarta juga tinggi. Dinas Pertanian Yogyakarta menyebutkan, konsumsi kambing di Yogyakarta mencapai 1.700 ekor per hari pada 2018. Sebanyak 900 ekor terserap di Bantul yang menjadi sentra kuliner kambing.
Artinya, dalam setahun konsumsi kambing di Jogja sekitar 620,5 ribu. Jumlah itu lebih tinggi dari populasi kambing di Jogja yang hanya 400 ribu.
Mengutip Radar Jogja, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan daerahnya merupakan sentra usaha masakan kambing. Namun, bahan baku atau kambing untuk disembelih masih didatangkan dari luar daerah. Padahal, peternak lokal hanya mampu memenuhi 5% kebutuhan daging kambing.
Sedangkan sisanya masih dipasok oleh petani di luar Bantul. “Peluangnya masih sekitar 95%, karena saat ini (bahan baku kambing) masih impor dari mana-mana,” ujarnya.
Daerah Bantul, khususnya Jejeran, Pleret merupakan pusat kuliner sate kambing di Jogja. Para pecinta kuliner yang berkunjung untuk berburu sate klathak khas Jogja. Banyaknya wisatawan yang berburu sate klathak membuka peluang ekonomi Yogyakarta, mulai dari peternak kambing hingga pengusaha kuliner.