liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Jumlah Wirausahawan di Indonesia Ganjal Pertumbuhan Ekonomi

Jumlah Wirausahawan di Indonesia Ganjal Pertumbuhan Ekonomi

3 minutes, 3 seconds Read

Joseph Schumpeter dalam The Theory of Economic Development mengatakan, kewirausahaan merupakan salah satu roda penggerak pembangunan ekonomi. Kewirausahaan atau entrepreneurship akan mendorong inovasi, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan penerimaan negara melalui pajak.

Seorang entrepreneur atau wirausahawan memiliki motivasi atau impian yang tinggi, berani mencoba, inovatif, dan mandiri. Mereka dituntut untuk mampu melakukan perubahan dan menghasilkan sesuatu yang baru. Dengan kemampuan tersebut akan membuat bisnisnya semakin bernilai hingga menjadi daya tarik konsumen.

Akibatnya akan terjadi pertukaran barang dan jasa, baik berupa sumber daya alam, uang, sumber daya sosial, kesempatan maupun sumber daya manusia. Dalam bidang ekonomi, keadaan ini dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Masalahnya, jumlah pengusaha di Indonesia masih tergolong sedikit. Dibandingkan dengan negara lain, rasio kewirausahaan Indonesia masih rendah yaitu hanya 3,47% dari total penduduk. Bandingkan dengan Singapura yang mencapai 8,76%. Sedangkan Malaysia dan Thailand sudah melebihi 4,5%. Bahkan di negara maju rata-rata 10-12%.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, rasio wirausaha merupakan prasyarat Indonesia menjadi negara maju pada 2045. KemenKopUKM menargetkan lahir 1 juta wirausahawan baru pada 2024.

“Jadi bukan hanya infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, tapi kita juga perlu menyediakan wirausaha-wirausaha unggul yang inovatif,” kata Teten suatu ketika.

Pada tahun 2022, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 2 tentang Pembinaan Kewirausahaan Nasional. Dalam Perpres tersebut, pemerintah mentargetkan rasio wirausaha sebesar 3,95% pada tahun 2024.

Berdasarkan Global Entrepreneurship Index (GEI), Indonesia masih berada di peringkat 75 dari 137 negara dengan skor 26. Indeks ini mengukur kemampuan suatu negara dalam menghasilkan wirausahawan. Posisi GEI Indonesia juga tertinggal dari beberapa negara tetangga di ASEAN.

Sementara itu, dalam laporan Global Entrepreneurship Monitor (GEM), persentase orang dewasa di Indonesia yang terlibat dalam kegiatan awal kewirausahaan cenderung menurun pada periode 2013-2022. Indikator ini mengacu pada jumlah aktivitas kewirausahaan awal (TEH).

GEM mengukur tingkat kewirausahaan berdasarkan survei populasi orang dewasa yang melibatkan setidaknya 2.000 individu berusia 18-64 tahun secara nasional. Pada tahun 2022, skor TEA Indonesia berada di peringkat 36 dari 49 negara.

Membangun budaya wirausaha di Indonesia tidak bisa dilakukan dalam semalam. Apalagi budaya masyarakat Indonesia selama ini lebih condong mencari pekerjaan setelah mengenyam pendidikan, bukan menciptakan lapangan kerja (berwirausaha).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total angkatan kerja pada 2022 sebanyak 143,7 juta orang. Sebagian besar status pekerjaan utama adalah sebagai buruh/karyawan/karyawan (37,66%).

Tidak ada salahnya jika seseorang memilih menjadi pegawai atau karyawan. Namun kenyataannya, jumlah lowongan kerja tidak sebanding dengan jumlah pelamar.

Data BPS menunjukkan jumlah pencari kerja pada tahun 2022 sebanyak 937.176 orang. Sementara itu, jumlah lowongan kerja yang tersedia tidak mencapai seperempat dari jumlah pencari kerja.

Jumlah lowongan kerja yang terdaftar tercatat sebanyak 59.276 lowongan pada tahun 2022. Jumlah ini juga menurun drastis sebesar 88,33% dibandingkan tahun 2021. Ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan lowongan kerja tersebut turut menyumbang angka pengangguran di Indonesia.

Selain itu, minimnya keterampilan juga menjadi penyebab Indonesia sulit menghasilkan wirausahawan. Dari 100 individu berusia 15 tahun, Indonesia hanya memiliki 0,5 individu dengan keterampilan tinggi, sebagaimana dikutip dari kajian SMERU.

Ini jauh lebih rendah dibandingkan Thailand yang memiliki 9,4 ekor dan Korea Selatan yang memiliki 18,2 ekor. Salah satu penyebabnya adalah kurikulum pendidikan di Indonesia selama ini difokuskan pada keterampilan teknis.

Metode pembelajaran yang tidak berbasis Science, Technology, Engineering, Arts and Mathematics (STEAM) dan pembelajaran berbasis masalah. Akibatnya, siswa tidak terbiasa berpikir kritis, analitis, dan memecahkan masalah.

Kesulitan lain dalam mengembangkan wirausaha adalah rendahnya kepercayaan diri generasi muda Indonesia di bidang kewirausahaan.

Kajian yang dimuat dalam artikel Nascent Entrepreneurs of the millennial generation in Indonesia’s emerging market menunjukkan bahwa pengusaha Indonesia khususnya generasi milenial kurang percaya diri dengan kemampuannya sendiri. Situasi ini membuat mereka sulit mengambil keputusan bisnis.

Mereka juga cenderung menghindari perilaku berisiko, menghindar dari ketidakpastian, dan tidak terbuka terhadap hal-hal baru. Ketergantungan pada atasan juga membuat generasi milenial berusaha menyenangkan atasannya, demi mempertahankan posisi sosial ekonominya. Kecenderungan ini seringkali berbenturan dengan unsur kemandirian yang merupakan salah satu aspek penting dalam kewirausahaan.

Similar Posts