Akumulasi partikel udara membuat langit Jakarta tampak kelabu. Wilayah dengan penduduk lebih dari 10 juta jiwa ini seringkali melebihi ambang batas kualitas udara, sehingga udara yang kita hirup dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Menurut Laporan Kualitas Udara Dunia 2021, Jakarta menempati urutan ke-12 dengan konsentrasi terburuk dengan rata-rata PM tahunan sebesar 39,2 ug/m3. Tingkat emisi ini melebihi nilai pedoman kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 ug/m3.
Pelaksana di Direktorat Industri Kelautan, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Patia J. Munangdo pada “Talkshow dan Peluncuran Laporan Pengukuran Penginderaan jauh dan Emisi Kendaraan Bermotor terhadap Kualitas Udara Jakarta”. Katadata Selasa (22/11/22) mengatakan asap kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran tertinggi di Jakarta. “Angkanya mencapai 78 persen,” kata Patia.
Total emisi gas buang tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari 16,5 juta sepeda motor, 4,1 juta mobil penumpang, 785 ribu truk, dan 342 ribu bus di ibu kota.
Berbagai penelitian terkait pengukuran emisi telah dilakukan. Namun, sebagian besar dilakukan di laboratorium dan dengan sampel terbatas yang tidak mencerminkan emisi dunia nyata.
Untuk memperkuat pendataan emisi gas buang kendaraan bermotor di Jakarta, The Real Urban Emissions (TRUE) Initiative bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan didukung oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) melakukan kajian penginderaan jauh atau penginderaan jauh untuk secara faktual mengidentifikasi kendaraan beremisi tinggi.
Riset penginderaan jauh dilakukan pada bulan Januari hingga April 2021 di 18 lokasi yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pengukuran dilakukan di 15 ruas jalan tol, dua kawasan pemukiman, satu tempat istirahat, dan tiga koridor TransJakarta. Riset dengan data valid dilakukan terhadap lebih dari 93 ribu kendaraan yang meliputi kendaraan penumpang, bus, truk berat dan ringan, sepeda motor, dan taksi.
Kepala Pakar Pengelolaan Udara dan Limbah Institut Teknologi Bandung Prof. Puji Lestari mengatakan kajian tersebut penginderaan jauh memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode penelitian lainnya. Apalagi penelitian ini bisa mengukur emisi saat kendaraan berjalan dan hanya membutuhkan waktu 0,5 detik, kata Puji.
Pengukuran polutan kendaraan dilakukan dengan menggunakan penginderaan jauh dengan kendaraan yang sedang berjalan. Kredit: ICCT
Ditambah lagi, keuntungan penginderaan jauh lainnya adalah kemampuannya mengukur median polutan karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx). Selain itu, penelitian ini juga dapat mengidentifikasi jenis kendaraan dan tahun produksinya, serta mengukur emisi kendaraan dalam jumlah besar dalam waktu yang bersamaan.
Peneliti International Council and Clean Transport (ICCT) Aditya Mahalana pada acara yang sama mempresentasikan hasil studi selama hampir empat bulan. Pertama, semakin tinggi penggunaan Euro, semakin sedikit emisi yang dihasilkan. “Emisi kendaraan dari Euro 2 lebih baik dari Euro 0. Dan Euro 4 lebih baik dari Euro 2,” ujar Aditya.
Misalnya, emisi median NOx, CO, dan HC untuk kendaraan penumpang berbahan bakar bensin yang menggunakan Euro 2 turun 72-94 persen dibandingkan jenis kendaraan yang sama yang menggunakan Euro 0.
Sebagai contoh lain, truk tugas berat dan ringan dengan Euro 2 memiliki emisi median 14-23 kali lebih rendah daripada kendaraan yang sama dengan Euro 0 atau ketika emisi kendaraan tidak dibatasi sama sekali.
Usia kendaraan dan penggunaan Euro juga terkait erat. Berdasarkan data TRUE Initiative, kendaraan sebelum tahun 2007 masih menggunakan Euro 0. Kemudian dari tahun 2007 menggunakan Euro 2, kendaraan setelah tahun 2015 menggunakan Euro 3, dan sejak tahun 2018 kendaraan dengan mesin berbahan bakar bensin sudah mulai menggunakan Euro 4.
“Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tua usia kendaraan maka semakin tinggi pula emisi yang dihasilkannya,” kata Puji.
Kedua, jenis bahan bakar yang berbeda menghasilkan emisi yang berbeda pula, dengan kendaraan diesel menghasilkan emisi median yang lebih tinggi daripada kendaraan bensin. Mobil pribadi berbahan bakar bensin menghasilkan median NOx 8-19 kali lebih tinggi dibandingkan mobil pribadi berbahan bakar diesel yang sama-sama menggunakan Euro 2.
Ketiga, perawatan kendaraan mempengaruhi kualitas emisi. Sebagai contoh, bus TransJakarta memiliki median emisi 13-50 persen lebih rendah dibandingkan bus dari operator lain, dimana kedua jenis kendaraan tersebut sama-sama bermesin diesel dan menggunakan standar emisi Euro 2.
Kepala Program ICCT Kemitraan Internasional Tim Dallmann mengatakan di Katadata (14/12/22), penginderaan jauh adalah metode yang efektif untuk mengukur emisi aktual menurut jenis kendaraan dengan membandingkan emisi menurut jenis kendaraan, jenis mesin, dan model tahun pembuatan.
Tim berharap kajian ini dapat dijadikan acuan bagi pemerintah, baik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, maupun pemerintah daerah lainnya dalam rangka mengurangi emisi dari kendaraan bermotor.
Penginderaan jauh Menurut Puji, hal ini dapat digunakan untuk mengukur efektifitas teknologi, efektifitas kebijakan yang sedang berjalan, dan dapat dijadikan acuan untuk membuat kebijakan baru terkait kendaraan. “Kerja sama berbagai pihak, kementerian terkait, industri termasuk konsumen penting agar kendaraan bersih di Indonesia dapat segera terwujud,” kata Puji.