Dua tahun setelah pandemi Covid-19 melanda dunia, berita bohong alias penipuan masih merajalela. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan ribuan penipuan terkait Covid-19 dan penyebaran kontennya di media sosial sepanjang 2020-2021. Sebagian besar telah ditindaklanjuti dengan menghapus konten.
Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi mengatakan, penyebaran berita bohong menyebabkan banyak warga menolak untuk divaksinasi. Padahal vaksinasi merupakan salah satu cara utama untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.
Banyak orang yang takut dengan efek samping vaksinasi yang marak di media sosial. “Ini terjadi akibat berbagai informasi tidak benar yang tersebar di ruang digital,” kata Dedy di Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, Kamis 30 Desember 2021 lalu.
Hal ini juga dirasakan oleh Febi Purnamasari (30). Kedua orang tuanya tertipu oleh penipuan vaksin Covid-19 dari beberapa grup WhatsApp. Hoaks tersebut antara lain terkait bahaya penggunaan vaksin Sinovac buatan China untuk efek samping vaksin yang bisa menyebabkan kematian.
Alhasil, kedua orang tua Febi enggan mengikuti program vaksinasi yang diselenggarakan pemerintah atau dinas. Mereka akhirnya tertular Covid-19 dan dirawat di rumah sakit pada Juni tahun lalu, saat gelombang kedua corona melanda Indonesia.
“Setelah tertular Covid-19, orang tua saya sangat berbeda dan langsung divaksin tiga bulan setelah sembuh. Mungkin karena sudah merasakan sakitnya Covid-19, dia baru menyadari pentingnya vaksinasi dan lebih patuh dengan program kesehatan,” ujar Febi kepada Katadata.co.id, Selasa, 4 Januari 2022.
Mulai meningkatnya kesadaran masyarakat sejalan dengan hasil Katadata Insight Center (KIC), Google Initiative dan Asparindo. Mayoritas masyarakat kini sudah sadar akan pentingnya vaksinasi Covid-19.
Sebanyak 91% responden menyatakan vaksinasi efektif menangkal virus Covid-19. Sedangkan sebanyak 8,5% responden tidak yakin dan 0,6% responden tidak setuju bahwa vaksin dapat menangkal Corona.
Kemudian, sebanyak 93% responden menyatakan bahwa vaksin yang digunakan di Indonesia aman bagi tubuh. Sedangkan 6,3% responden tidak yakin dan 0,3% responden tidak setuju tentang keamanan vaksin bagi tubuh.
Survei ini dilakukan terhadap 1.061 pedagang pasar di 34 wilayah Indonesia. Survei ini dilakukan pada 10-30 November 2021 melalui survei online dengan menggunakan metode non-probability sampling.
Survei ini juga menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap vaksin penyembuh Covid-19 cukup baik. Mayoritas atau 46,7% responden menyatakan pernah mendengar dan percaya bahwa vaksin tersebut dapat menyembuhkan virus corona.
Namun, masih ada masyarakat yang mempercayai beberapa hoaks terkait vaksin Covid-19. Misalnya, vaksin Covid-19 tidak diperlukan jika tetap menjaga pola hidup sehat (16,8%), hanya konspirasi bisnis (12,4%), dan dapat menyebabkan kematian (9,8%).
Kekeliruan lainnya adalah vaksin Covid-19 membuat daya tahan tubuh lemah dan mudah jatuh sakit (7,7%), diragukan kehalalannya (7,2%), dan menyebabkan penyakit Covid-19 (6,5%).
Kemudian, sebanyak 6,2% mengatakan dapat meningkatkan stamina pria (6,2%), diikuti produksi massal sehingga performanya kurang baik (4,1%), mengandung magnet (2,5%), mengandung chip/monitor (2,2%). . , pembuatan robot (1,6%), pembuatan boraks dan formalin (1,6%), pembuatan magnet (5%), dan pembuatan steril (1,3%).
Ada beberapa alasan mengapa masyarakat semakin sadar akan bahaya penipuan vaksinasi Covid-19. Pertama, karena penipuan vaksin Covid-19 dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Padahal, vaksinasi dapat melindungi diri Anda dan orang-orang di sekitar Anda dari penyebaran virus corona.
Kedua, orang menjadi lebih berpengetahuan tentang vaksin. Hal ini terlihat dari survei KIC, Google Initiative dan Asparindo yang menunjukkan banyak manfaat yang didapat melalui vaksinasi.
Misalnya, semakin banyak orang yang divaksinasi, semakin sulit penyebaran virusnya. Kemudian, vaksin tersebut mengandung virus yang tidak berbahaya untuk membentuk antibodi.
Ketiga, semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya menerapkan prinsip “filter sebelum membagikan” berita atau informasi di media sosial. Sebanyak 57,6% responden menyatakan mengecek kebenaran berita terlebih dahulu, baru meneruskannya jika informasi tersebut penting.
Kemudian, sebanyak 26,1% responden menyatakan segera mengoreksi atau menginformasikan kepada pengirim berita jika itu adalah berita bohong. Sementara itu, sebanyak 13,9% responden diam atau tidak melakukan apa-apa, diikuti dengan segera melanjutkan penyebaran berita agar orang lain mengetahui meskipun tidak sepenuhnya benar (2%), dan mengecek kebenaran tetapi tidak menyebarkannya ( 0,4%).
Umumnya masyarakat mengecek keaslian berita atau informasi yang diterima dari media sosial melalui google di internet. Namun, ada juga yang mempertanyakan kebenaran berita yang diterima dengan bertanya kepada tokoh masyarakat, keluarga atau kerabat, aparat keamanan, tokoh agama, dan para ahli di bidangnya.
Vaksinasi Covid-19 memiliki beberapa manfaat bagi tubuh, menurut Kementerian Kesehatan. Diantaranya dapat merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga mengurangi risiko penularan Covid-19. Kemudian, ketika terinfeksi Covid-19 efeknya tidak parah, dan dapat meningkatkan imunitas kelompok.
Sebuah laporan dari National Center for Intensive Care Research and Audit menunjukkan bahwa jika seseorang tidak divaksinasi, mereka 60 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dan menjalani perawatan intensif karena terinfeksi Covid-19.
Temuan ini cukup mengejutkan, apalagi varian Omicron semakin meningkat di beberapa negara, termasuk Indonesia. Mengutip dari Express.co.uk, kelompok usia lanjut usia merupakan kelompok yang paling rentan terkena Covid-19 karena daya tahan tubuh mereka yang lemah sehingga mengalami kondisi tersebut membuat mereka lebih rentan terhadap virus tersebut.
Oleh karena itu, vaksinasi penting untuk mengurangi potensi rawat inap dan kematian akibat Covid-19. Pemerintah terus mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi dalam program vaksinasi guna melindungi masyarakat dari virus corona. Selain itu, rasio vaksinasi lengkap Covid-19 di Indonesia masih tergolong rendah di Asia Tenggara.
Our World in Data menunjukkan bahwa rasio vaksinasi lengkap terhadap Covid-19 di Indonesia baru mencapai 41,46% per 3 Januari 2022. Angka tersebut jauh tertinggal dari Brunei Darussalam dan Singapura yang masing-masing telah melakukan vaksinasi lengkap warganya sebesar 87,29% dan 87%.