liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
Melongok Data Untung - Rugi Pelemahan Rupiah

Melongok Data Untung – Rugi Pelemahan Rupiah

3 minutes, 56 seconds Read

Nilai tukar rupiah terus mengalami tren melemah jika dibandingkan dengan dolar Amerika Serikat (AS). Sejak awal tahun hingga 7 Agustus 2022, rupiah sudah turun 5%.

Beberapa pihak mengkhawatirkan pelemahan ini, karena berpotensi menambah tekanan pada perekonomian negara. Pasalnya, anjloknya nilai rupiah dapat menyebabkan lonjakan inflasi akibat tingginya harga, terutama dari barang-barang impor.

Salah satu penyebab turunnya nilai rupiah adalah dari kenaikan suku bunga AS. The Fed, bank sentral negeri Paman Sam, memang beberapa kali menaikkan suku bunga ke kisaran 2,25%-2,5%, level tertinggi sejak 2018.

Bank Indonesia (BI) juga diminta segera menaikkan suku bunga di dalam negeri. Kenaikan suku bunga dinilai bisa mengantisipasi capital outflow yang bisa menambah pelemahan rupiah.

Lantas, seberapa mengkhawatirkan anjloknya nilai rupiah saat ini sehingga BI perlu segera menaikkan suku bunga? Lantas apakah kondisi rupiah saat ini merugikan atau masih menguntungkan perekonomian Indonesia? Katadata.co.id menganalisisnya berdasarkan beberapa indikator ekonomi makro Tanah Air.

Indeks Rupiah Cenderung Menguat

Jika melihat kurs perdagangan harian, rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS. Namun, jika kita mengukurnya berdasarkan indeks nilai tukar efektif, yang terjadi adalah sebaliknya.

Indeks nilai tukar merupakan rata-rata tertimbang nilai tukar rupiah terhadap mata uang mitra dagang utama Indonesia. Dalam hal ini ada dua jenis yaitu indeks nominal dan indeks riil. Indeks riil atau nilai tukar efektif riil (REER) adalah ukuran nominal setelah dikoreksi dengan tingkat inflasi domestik relatif terhadap inflasi mitra dagang.

Dari data indeks nilai tukar yang dirilis Bank for International Settlements (BIS), indeks rupiah—riil maupun nominal—cenderung menguat sejak 2018. Dalam artikel ini, kami menggunakan data REER karena dianggap sebagai ukuran yang lebih tepat.

Semakin tinggi REER suatu negara, semakin tidak kompetitif ekspornya dan semakin murah impornya. Sebaliknya, semakin rendah REER, ekspor semakin kompetitif, sedangkan impor semakin mahal.

Berdasarkan data, indeks rupiah riil berada di angka 92,72 poin per Juni 2022. Dalam menghitung indeks riil, angka 100 menjadi dasar pengukurannya. Sehingga indeks yang masih dibawah 100 menunjukkan bahwa rupiah saat ini masih memberikan potensi ekspor yang menguntungkan.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai dengan level indeks rupiah riil saat ini, Bank Indonesia mampu menjaga volatilitas rupiah dan daya saing produk ekspor dalam negeri. “Jadi neraca perdagangan agak surplus,” kata Andry kepada Katadata, Senin, 8 Agustus 2022.

Posisi neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 mengalami surplus US$ 5,09 miliar. Meskipun terjadi peningkatan impor karena harga yang lebih tinggi, hal ini masih diimbangi dengan peningkatan pendapatan ekspor.

Meski begitu, melihat tren indeks rupiah riil yang cenderung menguat, otoritas moneter masih perlu mengantisipasinya. Penguatan indeks mengindikasikan adanya tekanan, terutama dari inflasi. Jika tekanan inflasi kuat, BI perlu mengambil langkah dengan menaikkan suku bunga acuan.

Andry mengatakan pelemahan rupiah saat ini masih wajar, bahkan lebih baik dari nilai tukar negara lain. BI perlu berhati-hati untuk tidak memaksakan penguatan rupiah, karena dapat menurunkan daya saing produk ekspor.

Inflasi masih terkendali

BI beberapa kali mengeluarkan pernyataan untuk terus memantau inflasi, terutama inflasi inti, sebelum mengambil kebijakan menaikkan suku bunga. Meski meningkat, BI menilai tingkat inflasi masih terkendali.

Inflasi Juli 2022 tercatat sebesar 4,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,35% (yoy). Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga barang-barang yang harganya dikendalikan oleh pemerintah (harga administrasi), seperti tarif angkutan dan BBM.

Sementara itu, BI menilai inflasi inti cenderung stabil seiring dengan meredanya tekanan harga pada produk volatile food seperti minyak goreng, telur ayam, bawang putih, dan sayuran. Inflasi inti Juli 2022 tercatat sebesar 2,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,63% (yoy).

“Keputusan mempertahankan suku bunga sejalan dengan perkiraan inflasi inti yang masih akan terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis, 21 Juli 2022.

Kinerja Rekening Koran

Salah satu ketidakberuntungan yang menyebabkan nilai tukar berfluktuasi adalah kinerja neraca transaksi berjalan. Selain inflasi, neraca ini juga merupakan indikator kebijakan moneter BI.

Pada kuartal I 2022, neraca transaksi berjalan masih mencatat surplus US$ 221 juta melanjutkan kinerja dua kuartal sebelumnya. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 20-21 Juli lalu memperkirakan surplus masih berlanjut pada triwulan II, bahkan lebih tinggi.

“Terutama ditopang oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas sejalan dengan tingginya harga komoditas global,” kata Erwin Haryono, Kepala Departemen Komunikasi BI, dalam keterangannya.

Namun, yang masih bermasalah adalah defisit neraca perdagangan minyak. Pada semester I 2022, neraca perdagangan minyak Indonesia masih defisit US$ 11,7 miliar. Ini adalah masalah struktural, mengingat Indonesia belum menjadi pengekspor minyak sejak 2004.

Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual berharap, meski pelemahan masih moderat, BI tetap perlu memberikan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas rupiah. Hal ini dilakukan dengan menjaga likuiditas mata uang asing yang diperoleh dari devisa ekspor.

“Saya harap semua dana ekspor bisa masuk, tidak tertahan di luar negeri karena suku bunga lebih menarik,” ujarnya kepada Katadata, Senin, 8 Agustus 2022.

Kemudian tetap menjaga daya saing ekspor, khususnya produk manufaktur. Selanjutnya dengan mendorong investasi asing agar cepat masuk ke dalam negeri. Namun yang juga penting, kata dia, adalah mengetahui tren peningkatan impor.

“Meskipun ekspor sangat kuat terutama produk komoditas, namun peningkatan impor akan mempengaruhi keadaan rupiah,” ujarnya.

Similar Posts