Jika calon presiden (cawapres) yang akan berlaga di Pilpres 2024 menciut, calon wakil presiden (cawapres) tidak. Nama-nama calon RI-2 sudah beredar, tapi belum ada satu pun calon presiden yang menyebutkan calon pasangannya.
Anies Baswedan yang diusung Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat masih mempertimbangkan calon pendampingnya di Pilpres 2024. Ada nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang kerap tertinggal. keluar, tetapi belum ada kesepakatan resmi.
Begitu pula dengan Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerindra dan PKB juga belum mengambil keputusan. Kemudian ada kesempatan baginya untuk bergabung dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ganjar yang memiliki elektabilitas tertinggi dari beberapa survei, sampai saat ini belum mendapatkan tiket dari partainya sendiri PDIP. Hal ini menyebabkan rumor yang menyandingkannya dengan Prabowo semakin banyak.
Kans Prabowo dan Ganjar menjadi capres dan cawapres, atau sebaliknya, muncul setelah keduanya satu frame dengan Presiden Joko Widodo saat musim panen raya di Kebumen, Jawa Tengah, pada 9 Maret 2023.
Meski begitu, Jokowi membantah ada muatan politik dalam mempertemukan keduanya. “Pak Prabowo kebetulan mau ke Magelang, saya ajak ikut,” kata Jokowi.
Hingga saat ini, ada beberapa nama yang kerap muncul dalam bursa calon wakil presiden Pilpres 2024. Nama-nama tersebut antara lain menteri, kepala negara, dan ketua partai.
Sebut saja Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Dari lima nama tersebut, hanya Erick Thohir yang tidak memiliki afiliasi dengan partai. Sementara itu, Ridwan Kamil resmi menjadi anggota Golkar, Sandiaga Uno anggota Gerindra, AHY Ketua Umum Demokrat, dan Khofifah kader PKB.
Survei Indikator menyebutkan, Ridwan Kamil merupakan wakil presiden dengan elektabilitas tertinggi pada survei Desember 2022. Lembaga survei Indikator Politik Indonesia menyebutkan, elektabilitas mantan Wali Kota Bandung itu mencapai 21,6% pada Desember 2022.
Jika menilik tahun lalu, pria yang biasa disapa Kang Emil itu memimpin pergantian wakil presiden sejak Juni 2022. Sebelumnya, nama Sandiaga Uno menduduki posisi puncak sejak Desember 2021 hingga April 2022.
Peneliti Indikator Politik, Bawono Kumoro mengatakan, kenaikan elektabilitas Ridwan Kamil terjadi pascatragedi yang menimpa keluarganya pada pertengahan tahun lalu. Putra Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz, meninggal di Sungai Aare, Swiss, pada 26 Mei 2022.
“Kejadian ini membuat perhatian masyarakat sangat tinggi terhadap Kang Emil,” kata Bawono katadata.co.id, Rabu (15/3).
Keunggulan Ridwan Kamil juga terjadi di tiga basis capres terkuat saat ini, yakni Ganjar, Anies, dan Prabowo. Sebanyak 29,3% responden yang mencoblos Ganjar dalam simulasi tiga calon presiden memilih Ridwan Kamil sebagai pasangannya.
Demikian pula, 22,1% pemilih Prabowo juga memilih Ridwan Kamil sebagai pasangannya. Persentase ini lebih tinggi dari responden yang memilih pasangan Prabowo di Pilpres 2019, Sandiaga Uno. Hanya 18,2% pemilih Prabowo yang menginginkan Sandiaga kembali ke pihaknya.
Ridwan Kamil baru saja kehilangan daya saing di basis pemilih Anies Baswedan, meski tipis. Sebanyak 27,6% memilih AHY untuk mendampingi Anies, sedikit lebih tinggi dari 26,2% pemilih Anies yang menginginkan Ridwan Kamil sebagai pasangannya.
Meski ada preferensi satu tokoh sebagai calon wakil presiden, namun hal itu tidak berdampak besar pada elektabilitas pasangan presiden-wakil presiden. Simulasi tiga pasangan yang dilakukan Charta Politika menemukan Ganjar tetap di puncak terlepas dari calon wakil presiden.
Charta Politika menjalankan simulasi yang memasangkan Ganjar dengan empat calon wakil presiden pada pemilihan Desember 2022. Keempat wakil presiden tersebut adalah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Ridwan Kamil, dan Prabowo.
Hasilnya, pasangan Ganjar-Airlangga memperoleh 34,6% suara, pasangan Ganjar-Erick memperoleh 33,8%, dan Ganjar-Ridwan Kamil memperoleh 35,3%. Berpasangan dengan Ridwan Kamil memperoleh suara terbanyak dibanding dua calon wakil presiden lainnya namun tidak signifikan.
Sementara itu, Anies tetap menempati posisi kedua pada empat simulasi yang dipasangkan dengan AHY, Ahmad Heryawan, dan Ridwan Kamil. Anies mendapat suara terbanyak jika menggandeng Ridwan Kamil, tapi masih belum unggul dari Ganjar.
Hasil simulasi juga menunjukkan jika ada tiga pasangan, maka pemilihan presiden akan berlangsung dalam dua putaran. Ganjar dan Anies kemungkinan akan bertarung di babak kedua. Pasalnya, tidak ada satu pun pasangan capres dan cawapres yang bisa meraih lebih dari 50% suara dalam simulasi ini.
Pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, Anies juga lolos hingga putaran kedua. Kalah dari Ahok di babak pertama, Anies menang di babak kedua dengan menarik suara AHY yang gugur di babak pertama.
Simulasi dalam survei Charta Politika juga memperlihatkan simulasi pasangan Ganjar dan Prabowo. Alhasil, bekerja sama dengan Ganjar bisa menjadi peluang terbesar Prabowo untuk memenangkan pemilihan presiden untuk pertama kalinya.
Dalam simulasi ini, pasangan Ganjar-Prabowo bisa memperoleh suara hingga 45,3%. Persentase ini juga jauh lebih besar dari simulasi pasangan Ganjar lainnya.
Meski begitu, perolehan suara masih belum cukup untuk memenangkan pemilihan presiden dalam satu putaran. Untuk memenangkan pemilihan presiden dalam satu putaran, diperlukan lebih dari 50% suara dengan 20% suara di setiap daerah yang tersebar di lebih dari separuh wilayah Indonesia.
Apakah Prabowo bersedia dicalonkan sebagai wakil presiden daripada calon presiden? Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Gerindra, Hashim Djojohadikusumo mengatakan, Gerindra terbuka untuk menyandingkan Prabowo dan Ganjar namun dengan satu syarat.
“Pak Prabowo calon presiden,” kata Hashim yang juga adik kandung Prabowo, Minggu, 12 Maret 2019, dikutip dari di antara.
Di sisi lain, Prabowo tidak memiliki banyak peluang untuk memenangkan pemilihan presiden ketiganya jika mengambil wakil presiden dari PKB. Baik Ketua PKB Muhaimin Iskandar maupun Khofifah tidak mampu mendongkrak perolehan suara Prabowo, meski hanya untuk mengalahkan Anies.