liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
Logo

Pentingnya Vaksinasi HPV Demi Menekan Kanker Serviks di Indonesia

4 minutes, 33 seconds Read

Data menunjukkan bahwa wanita lebih berisiko terkena kanker. Hasil Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 bahkan menyebutkan prevalensi kanker pada perempuan berdasarkan diagnosis dokter lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Angka itu adalah 2,9 per mil versus 0,7 per mil.

Risiko tidak hanya datang dari organ tubuh umum dan utama, seperti paru-paru, usus besar, atau hati. Namun, itu juga berasal dari organ yang hanya dimiliki wanita. Salah satunya, leher rahim atau serviks.

Menurut Kementerian Kesehatan, kanker serviks umumnya disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia (HPV). Perempuan dapat terpapar virus ini melalui hubungan seksual yang dilakukan pada usia kurang dari 20 tahun dan/atau dengan pasangan yang berbeda.

Akibatnya, terjadi pertumbuhan sel ganas yang tidak terkendali di leher rahim. Ini ditandai dengan perdarahan vagina antara siklus menstruasi, setelah menopause, atau selama hubungan seksual.

Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan), total 36,6 ribu kasus baru kanker serviks menimpa perempuan di Indonesia pada tahun 2020. Jumlah ini bukan hanya jumlah kasus terbanyak kedua di kalangan perempuan, tetapi juga secara keseluruhan di dunia. negara.

Kematian akibat kanker serviks mencapai 21 ribu kasus secara nasional pada tahun 2020. Angka ini menempati urutan ketiga dalam daftar kasus kematian tertinggi akibat kanker, setelah kanker paru-paru (30,8 ribu kasus) dan kanker payudara (22,4 ribu kasus).

Namun, kanker serviks sebenarnya dapat dicegah—sebenarnya, ini adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah. Oleh karena itu, United Nations Population Fund (UNFPA) dan Cancer Council Australia menyarankan tiga langkah pencegahan kanker serviks di Indonesia.

Pertama, melalui vaksinasi HPV. Vaksin ini harus diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual. Sebab, cara kerjanya lebih efektif dan ideal dalam mencegah infeksi HPV yang berujung pada kanker serviks. Namun, vaksin HPV tetap dapat diberikan kepada individu yang aktif secara seksual.

Untuk wanita usia 9-15 tahun, vaksin HPV diberikan dalam dua dosis dengan jarak 6-12 bulan. Kemudian, untuk wanita usia 16-45 tahun, diberikan tiga dosis vaksin ini dengan rentang interdosis 1-2 bulan dan 6 bulan. Sementara itu, vaksin HPV juga bisa diberikan kepada pria.

UNFPA dan Cancer Council mengatakan bahwa cakupan vaksinasi HPV di Indonesia perlu diperluas. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan vaksin HPV ke dalam program imunisasi nasional atau memfasilitasi vaksinasi di beberapa sekolah.

Kedua, Saring kanker serviks. Saring berupa tes HPV dapat membuat seseorang mengetahui lebih dini jika dirinya terkena kanker serviks. Oleh karena itu, dapat dilakukan pengobatan dan perawatan dini sebelum sel-sel ganas tumbuh dan menyebar.

Jadi, Saring kanker serviks harus terintegrasi dengan layanan yang ada dan dapat diakses oleh pasien. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan dan pemeriksaan laboratorium yang memiliki tingkat sensitivitas tinggi, serta pengawasan terhadap langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh pasien.

Ketiga, pengobatan kanker serviks. UNFPA dan Cancer Council menekankan bahwa pasien kanker serviks harus memiliki akses mudah ke fasilitas dan layanan kemoterapi, pembedahan dan perawatan intensif (ICU). Tujuannya adalah untuk merawat pasien secara optimal, sehingga mencegah kematian akibat kanker serviks.

“Kompetensi petugas kesehatan juga perlu diperkuat dalam tiga langkah ini untuk keberhasilan jangka panjang menuju eliminasi (kanker serviks),” tulis mereka.

Alhasil, jika ketiga langkah di atas dilakukan secara bersamaan dan berkesinambungan, kedua institusi memperkirakan sebanyak satu juta kematian akibat kanker serviks di Indonesia dapat dicegah sepanjang tahun 2020-2070. Vaksinasi HPV tercatat untuk mencegah sebagian besar kasus kematian.

Kementerian Kesehatan telah meningkatkan jumlah imunisasi rutin di Indonesia, dari 11 vaksin menjadi 14 vaksin per April 2022. Salah satunya adalah vaksin HPV. Vaksin ini wajib dan gratis untuk anak perempuan kelas 5 (dosis pertama) dan kelas 6 sekolah dasar (dosis kedua).

Masuknya vaksin HPV ke dalam daftar imunisasi rutin merupakan kelanjutan dari program demonstrasi vaksin HPV di Indonesia—dibiayai oleh Gavi (Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi)—pada tahun 2017. Program demonstrasi ini dimulai di Jakarta, kemudian diperluas ke Yogyakarta dan Surabaya.

Alhasil, vaksin HPV relatif diterima dengan baik oleh masyarakat, bahkan “ada permintaan vaksin yang tinggi di masyarakat peserta,” seperti dikutip dari laporan evaluasi Kementerian Kesehatan.

Hal ini terlihat dari cakupan vaksinasi yang mencapai lebih dari 90% populasi sasaran (siswi kelas 5 dan 6 SD). Kemudian, tidak ada reaksi negatif yang parah di antara penerima vaksin. Jadi, vaksin HPV aman untuk diberikan pada remaja putri.

Tidak hanya itu, penelitian independen dari Nossal Institute for Global Health menemukan bahwa penerima vaksin dan orang tuanya merekomendasikan vaksinasi HPV kepada teman dan orang tua lainnya.

Meski demikian, masih ada beberapa keraguan tentang vaksin HPV di kalangan masyarakat, terutama dari mitos terkait vaksin itu sendiri. Misalnya, vaksin ilegal, memiliki efek samping yang buruk, dan anggapan bahwa kanker serviks hanya menyerang wanita promiscuous.

Program demonstrasi vaksinasi HPV ini juga dilakukan di sekolah-sekolah. Artinya, tidak termasuk anak perempuan yang putus sekolah atau tidak lagi mengenyam pendidikan formal. Lalu, tidak ada solusi jika anak tidak hadir pada hari vaksinasi, sehingga tidak bisa mendapatkan dosis pertama atau kedua.

Padahal, setiap anak harus menerima dua dosis vaksin HPV untuk melindungi mereka sepenuhnya dari infeksi HPV dan kanker serviks.

Selain itu, vaksinasi HPV untuk wanita dewasa masih tergolong mahal. Berdasarkan pemantauan Katadata.co.id di beberapa lokasi rumah sakit di Jabodetabek, harganya berkisar antara Rp 900 ribu hingga Rp 1,2 juta per dosis.

BPJS Kesehatan tidak dapat menanggung biaya vaksin HPV. Namun, peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti tes HPV secara gratis di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan institusi yang telah bermitra dengan BPJS Kesehatan.

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa total cakupan vaksinasi HPV di Indonesia hanya 0,5% pada tahun 2018. Oleh karena itu, pemberian vaksin ini secara gratis kepada remaja putri merupakan langkah penting untuk memperluas cakupan tersebut.

Kebijakan yang sama juga diperlukan bagi perempuan dewasa yang masih menjadi pekerjaan rumah tangga pemerintah. Dengan begitu, cakupan vaksinasi HPV dapat terus berkembang di tahun-tahun mendatang dan akhirnya berhasil mengeliminasi kanker serviks di Indonesia.

Similar Posts