Dalam transisi energi, sumber energi baru dan terbarukan (EBT) berperan penting dalam mewujudkan net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Salah satunya adalah geothermal dimana Indonesia kaya akan sumber energi tersebut.
Dilansir dari situs resmi ThinkGeoenergy, pada tahun 2022, kapasitas terpasang panas bumi Indonesia akan menjadi yang terbesar kedua di dunia, yaitu sebesar 2.356 mega watt (MW). Peringkat Indonesia berada di bawah Amerika Serikat dengan kapasitas panas bumi terpasang sebesar 3.794 MW.
Peran strategis panas bumi dapat dilihat dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Penambahan kapasitas pembangkit listrik dari panas bumi masuk tiga besar dengan proyeksi penambahan sebesar 3.355 MW.
Untuk memenuhi proyeksi tersebut, Pertamina Geothermal Energy (PGE) memiliki peran penting. Hingga saat ini, PGE mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang 1.887 MW. 1.205 MW dikelola bersama mitra dan 672 MW dikelola sendiri oleh PGE.
Mulai 30 Juni 2022, PGE memiliki lokasi proyek pengembangan yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Adapun proyek yang dikelola oleh PGE sendiri tersebar di Kamojang (235 MW), Lahendong (120 MW), Karaha (30 MW), Ulubelu (220 MW), Lumut Balai Unit 1 (55 MW), dan Sibayak (12 MW). . .
Sedangkan proyek yang dikelola dengan kontraktor dengan skema Kontrak Operasi Bersama (KOB) tersebar di Darajat (271 MW), Salak (377 MW), Wayang Windu (227 MW), Sarulla (330 MW), dan Bedugul yang masih dalam eksplorasi panggung. .
Selain itu, PGE juga memiliki beberapa proyek yang masih dalam tahap pengembangan seperti di Hululais (110 MW), Lumut Balai (55 MW), Seulawah (tahap eksplorasi), dan Sungai Full (pengembangan).