liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
MASTER38 MASTER38 MASTER38 MASTER38 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 BOSSWIN168 COCOL88 COCOL88 COCOL88 COCOL88 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MABAR69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 MAHJONG69 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 RONIN86 ZONA69 ZONA69 ZONA69 NOBAR69 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38 ROYAL38
SLOT GACOR HARI INI SLOT GACOR HARI INI
Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Mampu Mengungguli Negara Tetangga

Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Mampu Mengungguli Negara Tetangga

3 minutes, 38 seconds Read

Salah satu masalah yang sering dikeluhkan para pekerja Indonesia adalah rendahnya tingkat produktivitas mereka. Dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, produktivitas tenaga kerja Indonesia menempati urutan kelima.

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO), setiap jam kerja, seorang pekerja di Indonesia menyumbang US$12,96 atau sekitar Rp194 ribu terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2021. Nilai tersebut menunjukkan produksi diproduksi oleh setiap pekerja dalam jangka waktu tertentu.

Produktivitas PRT masih di bawah Singapura (US$74,15 per orang/jam), Brunei Darussalam (US$55,92 per orang/jam), Malaysia (US$25,59 per orang/jam), dan Thailand (US$15,06 per orang/jam).

Namun tenaga kerja Indonesia masih lebih produktif dibandingkan Vietnam dan Filipina. Keduanya memiliki angka produktivitas dalam kisaran US$10 per orang/jam.

Namun, data ILO ini hanya menghitung produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan, yaitu total PDB dibagi total tenaga kerja. Bahkan, beberapa sektor usaha di Indonesia memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dari rata-rata agregat, bahkan lebih baik dari negara lain.

Misalnya, sektor tenaga kerja perumahan tercatat paling produktif di Indonesia pada 2020. Angkanya mencapai US$36,9 atau sekitar Rp554 ribu per orang/jam.

Sementara itu, berdasarkan data dari Departemen Statistik Malaysia, setiap pegawai di sektor jasa keuangan dan asuransi, perumahandan layanan korporat hanya menghasilkan US$11 per jam.

Tenaga kerja di sektor informasi dan komunikasi di negeri ini juga memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Sebagai perbandingan, Indonesia US$23,9 per orang/jam, sedangkan Malaysia US$16,7 per orang/jam.

Namun, Malaysia unggul di sektor pertambangan dan penggalian yang mampu menghasilkan US$129,7 per orang/jam pada 2020. Sementara di Indonesia hanya US$23,5 per orang/jam pada 2020, yang kemudian meningkat menjadi US$50,1 per orang/jam. 2022.

Pola yang sama juga terjadi di Singapura. di industri pengolahan mencapai US$216,9 per orang/jam. Namun, angka produktivitas di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta pertambangan dan penggalian hanya US$6,1 per orang/jam.

Pola tingkat produktivitas ini sama seperti di Indonesia. Dimana tenaga kerja pertanian, kehutanan dan perikanan termasuk sektor yang berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas.

Jadi produktivitas tidak boleh digeneralisasi berdasarkan angka agregat. Angka produktivitas di beberapa sektor usaha dapat melebihi dan meningkatkan rata-rata nasional, sehingga menutupi produktivitas tenaga kerja di beberapa sektor lain yang sebenarnya rendah.

Produktivitas tenaga kerja di beberapa sektor informal masih menjadi momok bagi Indonesia. Misalnya, seorang pekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya memperoleh penghasilan US$1,8 atau Rp27 ribu per jam pada 2020. Angka itu relatif tidak berubah dalam dua tahun berikutnya.

Menurut ekonom Asian Development Bank (ADB) Emma Allen, rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia di beberapa sektor antara lain disebabkan oleh upah riil (gaji riil) yang diterima oleh setiap karyawan tidak sesuai dengan tingkat produktivitasnya.

Namun, Allen mengatakan bahwa meskipun upah minimum naik lebih cepat, ketidakpatuhan pemberi kerja terhadap hukum juga tinggi. Akibatnya, “satu dari dua pekerja di Indonesia berpenghasilan di bawah ambang batas yang sah” pada tahun 2016.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nominal upah harian buruh tani tercatat sebesar Rp 58.536 pada Agustus 2022. Angka tersebut meningkat 2,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian, kenaikan upah sebenarnya lebih baik daripada pertumbuhan produktivitas.

Namun, hal ini tidak sebanding dengan kenaikan upah minimum, karena pertanian termasuk dalam sektor informal. Sementara itu, rata-rata upah minimum nasional tercatat sebesar Rp2.929.225 per bulan pada tahun 2023, meningkat 7,3% secara tahunan.

Sedangkan menurut Tadjoeddin dalam artikel “Earnings, Productivity and Disparity in Indonesia” di jurnal tersebut. Studi Ekonomi dan Hubungan Perburuhan (2016), upah yang rendah atau tidak konsisten dengan produktivitas kemungkinan disebabkan oleh pekerja yang tidak terdidik dan tidak terampil.

BPS menyatakan, sebagian besar tenaga kerja di sektor pertanian hanya mengenyam pendidikan dasar hingga Agustus 2022. Secara rinci, sebanyak 23,7% tenaga kerja tidak atau belum tamat SD dan sebanyak 38,7% tenaga kerja telah tamat. dari sekolah dasar. Sementara itu, sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia yaitu 38,7 juta orang atau 28,6% dari total tenaga kerja negara.

Jika dibandingkan dengan sektor perumahan, yang memiliki tenaga kerja paling produktif di Indonesia, karyawannya berpendidikan tinggi. Sebanyak 29,2% tenaga kerja berpendidikan SLTA, sehingga lulusan universitas juga mencapai 17,9% dari total tenaga kerja di sektor ini.

Hal ini juga terlihat pada sektor formal lainnya, seperti sektor informasi dan komunikasi. Sebanyak 31,4% tenaga kerja di sektor ini merupakan lulusan perguruan tinggi, tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya.

Oleh karena itu, sejalan dengan argumentasi Allen dan Tadjoeddin, upah yang diterima pekerja sektor formal berpendidikan tinggi lebih tinggi daripada upah buruh tani dan upah minimum. Nilainya rata-rata Rp 3.070.756 per bulan pada Agustus 2022, naik 12,2% year-on-year. Kemudian, tingkat produktivitas tenaga kerja di kedua sektor tersebut selalu tercatat di atas angka agregat negara.

Similar Posts