Pada 23 September 2022, pemerintah Indonesia mengumumkan peningkatan baru dalam target pengurangan emisi untuk menjaga kenaikan suhu global menjadi 1,5°C pada akhir abad ini. Komitmen yang lebih ambisius ini tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Recognized Contribution (ENDC).
Pemerintah sendiri menaikkan target penurunan emisi dari 29 persen menjadi 31,89 persen. Sedangkan dengan bantuan internasional meningkat dari 41 persen menjadi 43,20 persen. Target penurunan emisi merupakan kumpulan dari lima sektor yaitu lahan dan kehutanan, energi, industri, limbah dan pertanian.
Melihat target sektor baru, limbah dan pertanian merupakan dua sektor dengan peningkatan target yang cukup signifikan. Target di sektor persampahan meningkat 264 persen dari 11 MtonCO2 menjadi 40 MtonCO2 dengan kapasitas sendiri dan pertanian meningkat 177 persen dari 4MtonCO2 menjadi 12 MtonCO2 dengan bantuan internasional.
Namun jika dilihat dari nilai faktualnya, sektor lahan dan kehutanan serta sektor energi masih menjadi dua sektor penyumbang terbesar penurunan emisi. Sektor kehutanan meningkat dari 497 MtonCO2 menjadi 500 MtonCO2 dengan sendirinya dan dari 692 MtonCO2 menjadi 729 MtonCO2 dengan bantuan internasional.
Sedangkan sektor energi meningkat dari 314 MtonCO2 menjadi 358 MtonCO2 dengan sendirinya, namun tidak ada peningkatan target dengan bantuan internasional.
Untuk mencapai target yang telah ditetapkan, pemerintah Indonesia telah menyusun agenda prioritas. Dari sektor kehutanan, gunakan skema Perhutanan Sosial dan perencanaan lahan dan tata ruang yang efektif.
Bidang energi melakukan konservasi energi dan menerapkan energi baru terbarukan. Kemudian dari sektor persampahan dengan pengelolaan sampah yang lebih baik.
Dari sisi industri, agenda prioritas adalah pemanfaatan methane capture dan biogas, serta pemanfaatan limbah. Sedangkan dari pertanian yaitu peningkatan produktivitas.