Perubahan lanskap migas global tentu akan berdampak pada industri migas tanah air. Ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 dan ketidakstabilan geopolitik global harus dilihat sebagai peluang untuk terus membaik.
Indonesia tetap berpegang pada upaya mewujudkan produksi 1 juta barel minyak dan 12 BSCFD gas pada tahun 2030 untuk mencapai ketahanan energi negara. Untuk mendukung upaya tersebut, SKK Migas telah menetapkan target yang ambisius di tengah dinamika industri migas global.
Kredit: SKK Migas
Untuk melanjutkan produksi 1 juta barel, SKK Migas menyatakan masih dalam jalur yang tepat. Dwi menambahkan, SKK Migas terus mendorong langkah strategis jangka panjang untuk merealisasikan produksi 1 juta barel. Keyakinan itu disampaikan Dwi Soetjipto dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, awal Februari (2/2).
“Permintaan dan pasokan minyak global pasca pandemi diperkirakan akan meningkat secara bertahap. Prakiraan harga minyak juga didasarkan pada berbagai kondisi pemulihan ekonomi, dan beberapa isu di Ukraina dan lainnya,” jelas Dwi.
Tahun 2021 menjadi momentum bagi Indonesia untuk mulai pulih dari pandemi. Berdasarkan data SKK Migas, kenaikan minyak dilaporkan sebanyak 660 ribu barel per hari (BOPD). Angka tersebut mencapai 93,7 persen dari target 705 ribu BOPD, sedangkan lifting gas mencapai 5.501 MMSCFD, 97,6 persen dari target 5.638 MMSCFD.
Rasio penambahan cadangan migas terbukti terhadap produksi keseluruhan atau dikenal dengan Reserve Replacement Ratio (RRR) mencapai 116 persen dari target 599 MMBOE atau 696 MMBOE.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno, dalam konferensi pers Investasi dan Kegiatan Hulu Migas Berskala Besar di Tengah Pandemi (17/1) yang digelar pada 17 Januari, juga menyampaikan optimisme serupa. “Melihat pencapaian tahun 2021, kami optimis target proyek hulu migas tahun 2022 dapat tercapai,” ujarnya.
Tahun 2021 juga ditandai dengan penemuan sumur eksplorasi baru. Penemuan besar tersebut antara lain sumur Hidayah-1 oleh Petronas Carigali Madura Utara II dengan penemuan minyak sebesar 87 MMBO, sumur Maha-2 oleh ENI West Ganal dengan penemuan gas sebesar 0,5 TCF, serta Singa Laut-2 dan Kuda Laut -2 oleh Premier Oil Tuna dengan penemuan masing-masing 4 MMBO minyak dan 0,2 TCF gas.
“Jumlah penyediaan sumber daya tambahan mencapai sekitar 224 MMBOE,” kata Dwi Soetjipto
Selain itu, pemerintah juga mengaku fokus pada strategi jangka panjang yang ada. Pertama, dengan meningkatkan nilai aset yang ada. Blok Rokan merupakan salah satu harapan pemerintah dalam mendukung peningkatan produksi migas negara. Hingga 2021, kontribusi Rokan terhadap produksi minyak tanah air mencapai 25 persen.
Kedua, pelaksanaan program pemboran skala besar, dengan target pengeboran 700.790 sumur pada 2022. Jumlah sumur yang akan dibor akan bertambah untuk menangkap oil recovery (produksi siap jual) sebesar 703 ribu barel per hari (bph). . ).
“Sesuai dengan target perencanaan jangka panjang (LTP) 1 juta barel, jumlah sumur bor pada tahun 2022 ditambah Gap Filling Program (FTG) diperkirakan mencapai 890 sumur”
Kredit: SKK Migas
Ketiga, kegiatan eksplorasi diperkirakan meningkat pada tahun 2022. Salah satu kegiatan yang paling mahal adalah pengeboran sumur eksplorasi. “Kami optimistis karena success story pemboran sumur di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai 55 persen, sedangkan success ratio global hanya 23,8 persen,” ujar Dwi.
Pada tahun 2022 juga akan ada 12 proyek migas yang akan memproduksi migas atau on stream. Dari 12 proyek tersebut, SKK Migas mencatatkan produksi minyak mencapai 19.000 BOPD dan produksi gas mencapai 567 MMSCFD dengan total nilai investasi US$ 1,3 miliar.
Deputi Perencana SKK Migas Benny Lubiantara menambahkan, Pemulihan Minyak yang Ditingkatkan (EOR) masih menjadi strategi yang akan digunakan sebagai kontributor peningkatan produksi lapangan migas yang ada.
Selanjutnya, proyek EOR akan difokuskan di Blok Rokan dengan pelaksanaan proyek mulai tahun ini hingga 2023.
Kredit: SKK Migas
Proyek tersebut akan dilakukan di Lapangan Minas yang ditargetkan selesai pada 2024. Selain Lapangan Minas, SKK Migas merencanakan proyek EOR di 22 lapangan lainnya yang akan beroperasi hingga 2030.
Salah satu perubahan mendasar dalam mewujudkan 1 juta barel adalah masuknya Minyak dan Gas Non Konvensional (MNK) ke dalam industri migas. Proyek Jangka Panjang (LTP) yang pada tahun sebelumnya tidak terkendali. Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi MNK di Indonesia yaitu CBM sekitar 453,30 TCF dan shale gas 574 TCF.
Ketika LTP dibuat pada tahun 2020, tidak ada aturan yang mengaturnya. Namun, kata dia, saat ini MNK sudah diatur lebih jelas sehingga SKK Migas optimistis masuk dalam LTP. bisa dikeluarkan untuk menambah produksi 1 juta barel,” kata Benny
Saat ini pemerintah sedang menyiapkan skema dalam pengembangan MNK. Salah satunya melalui revisi Peraturan Menteri ESDM No. 36 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 5 Tahun 2012. Berdasarkan peraturan baru tersebut, wilayah kerja (WK) yang ada dapat langsung melakukan eksplorasi dan eksploitasi. MNK tanpa kontrak baru.